Fiuh....finally
setelah penantian panjang, ga bisa nnton setelah 2 minggu pemutaran perdananya secara serentak di bioskop2 di Indonesia, akhirnya bisa nnton juga di hari Kamis kemarin, tgl 2 Des 2010.
telaaaat bgt, tp gakpapah, demi denger aksen y cwo2 inggris yg menggetarkan kalbu & ngeliat trio macan dari hogwarts tumbuh semakin dewasa. :)
Film ini diangkat dari buku terakhir seri Harry Potter karangan J.K Rowling yang sukses hampir disemua belahan duni, termasuk Indonesia.
Namun, untuk HP & The Deatlhy Hallows ini, tidak seperti seri-seri sebelumnya, film ini harius dibagi menjadi kedua bagian, dan yang saya tonton kali ini adalah yang bagian pertama. (yaiyalah :p)
Diawali dengan pembukaan yang paling kelam dari sejarah film ini, diceritakan bahwa baik dunia sihir maupun dunia muggle (manusia) berada diambang kehancuran karena semakin kuatnya sang Pangeran Kegelapan (Lord Voldemort) dan teror yang disebarkan para Death Eaters. Harry dijemput 'paksa' oleh para rombongan yang dipimpin mantan auror hebat, Mad-Eye-Moody. Namun, di awal perjalanan demi menyelamatkan Harry, rombongan mereka sudah disambut oleh para Death Eaters, pertarungan sengit terjadi di langit malam kota London, dan di sini, Mad Eye harus tewas, dan George, kembaran Fred, kakak dari Ron Weasley sempat sekarat dan kahilangan satu telinganya.
Kemudian, kisah semakin berjalan, di mana Harry dan dua sahabatnya, Ron & Hermione tak lagi bersekolah (seperti biasanya) di Hogwarts. Setelah kematian Albus Dumbledore, Hogwarts yang dulunya merupakan tempat paling aman tidak lagi bisa menjamin keselamatan para muridnya, terlebih Harry Potter, pemuda beranjak dewasa, yang kepalanya paling diincar oleh pihak kegelapan.
Kini, Harry, Ron dan Hermione mengemban misi dari pesan terakhir Dumbledore, yaitu mencari hocrux (nyawa Voldemort) dan menghancurkannya, agar Voldemort bisa dikalahkan. Namun, pencarian tak semudah yang dibayangkan. Terlalu banyak rintangan dalam pencarian mereka. Mulai dari para snatcher ringan yang berusaha menangkap harry dkk hidup-hidup, pengkhianatan para orang terdekat (ayah Luna Lovegood yg terdesak krn anaknya diculik), tidak adanya orang yg dapat dipercaya, tempat bermukim yg harus selalu berpindah-pindah, kecemburuan Ron pada Harry, hingga tidak adanya petunjuk dimana semua hocrux itu berada.
Jangan kaget, jika di film ini anda tidak akan menemukan banyak keriangan dan magis yang menyenangkan seperti di sekuel-sekuel sebelumnya, dan dimanjakan dengan kastil megah serta pemandangan luar biasanya di mana Harry dkk masih bisa tertawa lepas sambil menunggangi Threstal. Karena ini adalah film terberat, dan terserius untuk ukuran film yang diangkat dari novel anak-anak.Meski film ini merupakan film terkelam, yang bagi saya tidak lagi diperuntukkan bagi penonton di bawah umur, David Yates dengan cerdas mampu menyelipkan humor-humor ringan dan cerdas khas film British yang mampu membuat saya tersenyum hingga tertawa. Adegan seperti ini banyak terlihat saat Harry, Ron, dan Hermione menyelinap ke kementrian sihir dengan ramuan polijus dan menyamar sebagai karyawan di sana. Selain itu, tingkah Ron yang selalu konyol, dan cemburu tanpa alasan terkadang membuat saya menggeleng-geleng geli.
FYI, ada sebuah adegan yg sepertinya sengaja ditambahkan, yang pada versi asli bukunya, tidak diceritakan secara detail. Yaitu adegan ketika Hermione terpaksa menghapus semua memori kedua orang tuanya mengenai dirinya. Saya rasa, adegan ini cukup menyentuh penonton, dimana satu demi satu foto hermione terpaksa harus hilang perlahan dari masing-masing frame keluarganya.
Untuk para penonton awam/ umum, mungkin film ini terasa bertele-tele dan alur melonjak turun dibanding adegan awal yang sangat memanjakan mata penonton dengan aksi kejar-kejaran antara rombongan Harry dg para Death Eaters. Tapi jujur, saya sebagai salah seorang pembaca yang tumbuh kembang bersama Harry Potter, merasa bahwa ini merupakan film terbaik dibanding sekuel-sekuel sebelumnya. Meski terkesan anti-klimaks, karena dibagi menjadi dua sesi, saya sangat puas karena di dalam film ini, banyak adegan-adegan penting, hingga tidak penting, yang ada di dalam bukunya, yang tidak perlu dibuang, seperti film-film sebelumnya. Dan kesan 'gelap' sangat begitu terasa di film arahan David Yates ini. Mulai dari tone warna, dialog, hingga adegan per adegan terasa sangat jaauuuuhh berbeda dan lebih nyata dibanding semua sekuel yang pernah diproduksi.
Saya jamin, para pembaca setia Harry Potter yang masa kanak-kanaknya di temani novel ini (yang pasti juga sudah beranjak seperti deretan cast utama di film ini) tidak akan kecewa dengan HP & The Deathly Hallows part I.
Saya pribadi, sejak baru selesai menonton filmnya, dan baru saja keluar dari studio, sudah tak sabar untuk menantikan laga pamungkas antara harry dan Voldemort di Harry Potter & The Deathly Hallows yang kedua !











RATE : 4
0 komentar:
Posting Komentar